Kajian tentang mengapa banyak brand dan kelompok (komunitas, institusi, organisasi, bahkan korporasi besar) sekarang membuka coffeeshop bisa dilihat dari berbagai aspek strategis — mulai dari ekonomi, marketing, relasi sosial, hingga identitas brand. Berikut adalah kajiannya secara lengkap:
Kajian: Kenapa Semua Brand dan Kelompok Membuka Coffeeshop
1. Coffeeshop sebagai Platform Branding
- Coffeeshop adalah media fisik dan sosial untuk memperkuat brand identity.
- Banyak brand non-kopi membuka cafe sebagai “brand experience center” (contoh: brand fashion, buku, lifestyle, hingga universitas).
- Pengunjung dapat merasakan brand lewat suasana, desain interior, menu, bahkan layanan — tidak hanya lewat iklan.
Contoh:
- Erigo (fashion) membuka pop-up coffee stall.
- Komunitas startup sering buka coffee-corner coworking sebagai identitas inovatif.
2. Budaya Nongkrong dan Lifestyle Gen Z & Milenial
- Di Indonesia, ngopi adalah budaya sosial. Bukan sekadar minum kopi, tapi ritual koneksi dan gaya hidup.
- Komunitas dan brand menggunakan coffeeshop sebagai wadah bertemu, berdiskusi, dan berinteraksi.
- Gen Z dan Milenial mendambakan tempat dengan nuansa estetik dan punya value, bukan sekadar tempat konsumsi.
3. Peluang Ekonomi dan Margin Produk yang Baik
- Produk kopi punya margin tinggi, terutama minuman berbasis espresso dan manual brew.
- Kombinasi kopi + pastry/snack + merchandise bisa menghasilkan stream pendapatan yang beragam.
- Bahkan tanpa volume besar, coffee shop bisa break even point relatif cepat dengan manajemen efisien.
4. Low Barrier to Entry
- Dengan munculnya mesin kopi modern, cloud kitchen, dan vendor third-party (untuk roasting, cup, syrup), kini siapa pun bisa membuat coffeeshop dengan modal lebih ringan.
- Co-branding dan franchise memungkinkan komunitas atau brand kecil ikut masuk ke industri ini tanpa operasional kompleks.
5. Fleksibel untuk Kolaborasi dan Event
- Cafe bisa menjadi venue fleksibel: peluncuran produk, event musik, bazaar, pameran seni, diskusi komunitas, dll.
- Ini membuat cafe bukan sekadar tempat jualan, tapi jadi hub kreatif dan kultural.
6. Instagrammable = Promosi Gratis
- Suasana yang estetik membuat pengunjung mempromosikan coffeeshop tanpa dibayar.
- Brand bisa membangun citra tanpa budget besar di iklan digital—cukup lewat desain cafe dan experience.
7. Membangun Komunitas Loyal
- Cafe memberi ruang untuk membangun komunitas loyal lewat program langganan, event rutin, atau diskusi terbuka.
- Contoh: Cafe komunitas motor, pecinta buku, seni, bahkan komunitas religius.
8. Alat Penggerak Ekonomi Lokal
- Bagi kelompok sosial atau koperasi, cafe bisa jadi alat pemberdayaan lokal.
- Misalnya, menjual hasil petani kopi lokal, pastry UMKM sekitar, dll.
9. Adaptif terhadap Tren Global
- Coffeeshop bisa beradaptasi cepat pada tren: kopi susu gula aren, matcha, non-dairy milk, kopi organik, dll.
- Brand bisa eksperimen produk baru tanpa risiko besar dibanding industri lain.
Kesimpulan:
Coffeeshop bukan cuma bisnis, tapi juga alat membangun identitas, komunitas, dan hubungan emosional dengan konsumen.
Inilah mengapa kini bukan hanya pengusaha, tapi juga komunitas, institusi pendidikan, organisasi, brand besar, bahkan artis atau tokoh masyarakat ikut membuat coffeeshop sebagai bagian dari branding strategy.